Kisah Soekarno Menangis Saat Tandatangani Surat Eksekusi Kartosoewiryo



   Kartosoewiryo adalah pemimpin pemberontakan DI/TII. Mereka bersahabat dan sama sama berguru kepada Hadji Oemar Said (Hos) Tjokroaminoto di kawasan Peneleh, Surabaya. Tjokroaminoto pernah berbicara kepada keduanya "Jika kalian menjadi seorang pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan berbicaralan seperti orator.
   Beberapa tahun kemudian munculah pemberontakan komunis (1926-1927). Karena muncul pemberontakan tersebut, Soekarno mendirikan partai yang bercorak nasionalisme dan didirikanlah Partai Nasional Indonesia (PNI). Bertolak belakang dengan Kartosoewiryo dan Tjokroaminoto, mereka terus berjuang dan memilih Islam sebagai ideologi perjuangannya.
   Pemikiran Kartosoewiryo tentang penghisapan kapitalisme semakin tajam dan kritis. Karir politiknya pun terus melonjak.
   Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Disitulah perpecahan muncul. Lalu terjadi persaingan antara ideologi Uni Belanda, Islam, dan Komunis. Tetapi Soekarno tidak ingin indonesia menjadi ideologi dari ketiga nya. Lalu Soekarno menawarkan ideologi pancasila. Karena tidak setuju, ideologi komunis pun melawan pada tahun 1948 yang dipimpin oleh Muso dan meproklamirkan Negara Madiun sebagai poros Uni Soviet.  Perlawanan tersebut berhasil digagalkan.
   Perlawanan kedua datang dari Kartosoewiryo yang berideologi Islam dan diproklamasikan Negara Islam Indonesia di Tasikmalaya pada tanggal 7 Agustus 1949. Perlawanan ini berhasil digagalkan dan ia ditangkap oleh pasukan TNI di Gunung Geber, Jawa Barat pada 4 Juni 1962. Ia divonis hukuman mati. Soekarno pun harus menandatangani surat hukuman mati tersebut. Hal itu menjadi kisah paling menyedihkan bagi Soekarno.
   Pada saat itu Soekarno sangat dilema karena disatu sisi Kartosoewiryo adalah sahabat karib, saudara seperguruan, dan teman seperjuangannya. Tetapi disisi lain Kartosoewiryo adalah seorang pemberontak. Proses penandatanganan tersebut ditunda hingga 3 bulan. Lalu Soekarno pun menangis dihadapan Mayjen S. Parman  (Asisten I/ Menpangad).
   Setelah solat dan berdoa terus menerus, Soekarno pun berani menandatangani surat vonis hukuman Kartosoewiryo tersebut. Lalu ketika Soekarno memandangi foto Kartosoewiryo ia mengatakan "Sorot matanya masih tetap, sorot matanya masih sama, sorot matanya masih menyinarkan, sorot mata seorang pejuang".
   Pada tanggal 5 September 1962, Kartosoewiryo pun dieksekusi mati di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta.

baca juga : https://epulanwar115.blogspot.com/2019/04/review-film-avengers-endgame.html

Comments